2

Dear YOU, How are you?



Tulisan ini kumasukkan dalam label random. Bukan tanpa alasan, tapi memang karena semua yang mendasari tulisan ini adalah dari peristiwa2 random. 

Sekitar satu bulan lalu, dompetku hilang. Taraaaammmm! Dum! Dum! Dum!
(Saat itu gak bakalan bisa berespon bilang 'taraam dan dum! dum! dum!' yang ada mah nangis :p )
Ini adalah pengalaman pertamaku. Ketika dompetku sudah berisi hal-hal lumrah yang semestinya sudah kumiliki beberapa tahun lalu, nyatanya jodohku dan dia (mungkin) harus berakhir.
Tau apa yang paling kusesali dari hilangnya dompet itu? adalah foto-foto boxku bersama orangtuaku dan teman-teman. Hemmmm.... suwediiih ngenes kalau ingat. Kemudian tau apa? adalah SIM yang belum pernah kupergunakan. Maksudnya gini, aku yang secara baru punya SIM di usia menuju 24 tahun saat itu, belum pernah ngerasain nunjukin SIM ke pak polisi. Adegan yang sering kubayangkan adalah saat berkendara tiba-tiba ada operasi polisi, lalu aku diminta berhenti dan disuruh nunjukin SIM. Dengan bangganya aku akan menunjukkan SIM itu. Dan, belum kesampean sudah ilang duluan :\

Saat mengurus surat kehilangan ke kantor polisi, aku yang saat itu diantar seorang teman, melakukan hal yang sangat menggelikan. Entah karena sudah terlanjur panik atau bagaimana. Kami sama-sama lupa bahwa ada kantor polisi yang tidak terlalu jauh dari kosku. Lha kok kami malah ke kantor polisi yang lebih jauh. Ngok banget deh :p
Saat sudah disana, aku menemui bapak polisi yang katanya bertugas membuatkan surat kehilangan. 
"Bapak, permisi.. saya ingin membuat surat kehilangan pak.. Dompet saya baru saja hilang.."
"Apa? Mau buat surat kehilangan? Maksudnya?"
"Emm.. Iya bapak, surat kehilangan untuk barang-barang saya yang ada di dalam dompet."
"Maksudnya MINTA TOLONG DIBUATKAN SURAT KEHILANGAN gitu?"
"................................"

Ya. Aku memang salah, terlupa sekali menyelipkan kata 'minta tolong' . Dan, mungkin karena perasaan yang masih melankolis, aku kembali berkaca-kaca waktu mendengar bapak polisinya berkata begitu dengan nada tinggi. Rasanya kok ndak ada empati sama sekali. HAHAHAHA... :(
Biar dikata aku orang jawa timur, yang seriiiiing sekali saat disini (Yogyakarta) mendengarkan komentar bahwa orang jawa timur bicaranya kasar, atau diprotes katanya aku gak pantes jadi orang jawa timur kalau ngomongnya gak kasar seperti orang jawa timur,  maaf saja, keluargaku tidak pernah mengajari hal semacam itu. 

Saat itu, aku masih mensugesti diriku, mungkin bapaknya cuma pengen ngajak becanda. Biar aku nggak terlalu serius, mungkin.... Hanya saja, becandanya gagal ditafsirkan lucu olehku saat itu. Belum lagi saat diwawancara banyak hal perihal urusan pembuatan surat kehilangan. Temanku yang mengantarkan, yang kebetulan punya pengalaman yang sama kehilangan dompet, berkali-kali mengumpat saat bapak polisinya keluar ruangan. Katanya, dulu dia tidak pernah ditanya sampai sedetail itu saat membuat surat kehilangan. Ya, aku gak ngerti deh ya, kepala sudah terlalu pusing. Komentar-komentar aneh dan out of topic dari Bapak polisi itu hanya aku 'iya-iya-in' saja. Biar cepat beres urusannya.

***

Pasca kehilangan dompet ini, aku jadi teringat saat dulu waktu MTs kehilangan buku pemberian guru bahasa inggrisku. Jadi ceritanya, guru bahasa inggrisku saat kelas 1 meminjam buku catatanku selama diajar beliau. Katanya mau disimpan. Sebagai gantinya aku diberikan buku bahasa inggris yang beliau buat sendiri. Bukunya sederhana, hanya berupa jilidan materi-materi penting bahasa inggris untuk level SMP/MTs. Spesialnya adalah, guruku ini yang memang jago menulis kaligrafi serta menggambar memang punya tulisan tangan yang bagus. Di balik sampul depan buku itu, beliau menuliskan sebuah catatan untukku dengan tulisan tangannya sendiri. Berisi doa dan kesan-kesan beliau terhadapku. BHAHAHAHAHAHA *blushing* 
Tapi, sedihnya buku itu tidak berjodoh lama denganku. Suatu ketika, entah bagaimana buku itu hilang dari lemariku. Aku yang memang tinggal di asrama, menjadi kesulitan kalau soal kehilangan barang semacam ini. Ya sudah, tidak apa-apa.

***

Ungkapan dibalik kesulitan akan ada kemudahan adalah benar. Aku sudah membuktikan. Aku mendapat banyak kemudahan setelah kehilangan dompet. Mengurusi kembali beberapa surat yang katanya akan sulit dan repot, ternyata tidak kualami. Tuhan itu baik, absolute! :)
Begitu pula dengan ungkapan ketika ada sesuatu atau seseorang yang pergi dari kehidupan kita, baik itu sengaja maupun tidak sengaja, itu karena satu alasan: waktu mereka bersama kita telah selesai. Aku menyakini itu. Menyesal itu melelahkan, berkebalikan dengan ikhlas melepaskan.

Tulisan ini aku dedikasikan untuk mereka yang telah hilang. Hai.. How are you?


2 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)

Back to Top