Sore kemarin langit diatas Bojonegoro berwarna abu-abu.
Kelam dan datanglah hujan kemudian. Aku yang semenjak perjalanan dari rumah
sudah setengah basah, semakin menggigil waktu sampai di depan terminal
Bojonegoro.
Tanpa aba-aba, aku mendekati pos dishub LLAJ di salah satu sudut.
Bapak-bapak berseragam atas biru muda itu menyambutku dengan ramah. Jadilah aku
menunggu jemputan travel menuju Jogja dengan masih setengah menggigil sembari
mengikuti perbincangan ketiga bapak petugas dishub tersebut.
Bapak petugas dishub termuda sedang menggebu menceritakan
perihal istrinya. Dua bapak lainnya dengan bijak mendengarkan kemudian sedikit
berkomentar. Aku hanya tersenyum saat mata si Bapak termuda mengarah padaku
seolah meminta persetujuan.
“Iya
kan, Mbak?”
Aku bengong,
lalu tersenyum. Terus terang memang sedang kurang tertarik terlalu konsentrasi
mendengarkan perbincangan mereka. Maklum saja, aku sedang dilanda kegalauan
karena tidak juga dijemput sopir travel.
“Mbak’e
masih bocah kok ditanyain” komentar Bapak yang lain yang seperti mampu membaca
bahasa tubuhku yang bingung harus berkomentar apa.
(((((BOCAH)))))) (((((BOCAH))))))
(((((BOCAH))))))
Aku termasuk yang percaya bahwa tidak ada yang akan sia-sia
dari ‘sebuah perjalanan dan cerita’. Seperti aku kemarin.
“Dibuat
pelajaran ya mbak kalau nanti berumah tangga. Tapi jangan nikah
dulu, mbak’e kan masih bocah”
(((((BOCAH)))))) (((((BOCAH)))))) (((((BOCAH))))))
Terimakasih bapak-bapak. Meski pada akhirnya keberangkatan ke Jogjaku tertunda, menunggu hujan reda kemarin
tidaklah sia-sia. Dan, sesungguhnya agak 'wagu' kalau aku masih dipanggil bocah. Hihihihi…
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)