3

Pembeli adalah Raja??


 


Sa..te.. S-a-t-e.
Suara tukang sate yang menjajakan dagangan sate-nya dengan berteriak sa-te.. sa-te.. rupanya pun tidak kutemui di Jogja. Mungkin benar, adegan itu cuma di sinetron dan di film hantu yang akhirnya gangguin si tukang sate di tengah malam juga di tengah asap berlebihan :p

Jadi ceritanya begini. Ada sebuah warung sate nggak jauh dari kosku yang rame pengunjung. Di siang hari, warung sate ini sudah buka. Berbeda dengan kebanyakan penjual sate yang memulai berdagang sore menjelang petang. Okelah, aku mampir. Aku sengaja minta dibungkus. Emmm, kurang nyaman mau makan disana, soalnya sedang banyak bapak-bapak dan mas-mas, gak ada pembeli ceweknya kecuali aku. Ahahahaha. Oke, lanjut. 
 "Ibuk, es jeruknya satu juga dibungkus yaa.."
"gak bisa mbak, yang buat es jeruk masih keluar"
Oke. Aku masih belum gimana-gimana saat itu. Pikirku, mungkin memang lagi repot ya.. Meskipun waktu naik motor dan ngelirik ke arah ibunya, beliau sedang duduk-duduk sambil kipas-kipas. Sementara satu pria mengipasi sate, dan pria lain membungkus pesanan. 

Lain hari, aku kembali beli kesana. Kali ini pun minta dibungkus, tapi aku meminta tolong untuk bumbu dan satenya dipisah. Pikirku, karena untuk makan sahur jadinya lebih aman dipisah bumbunya. 
"Ibu, minta tolong dipisah sate dan bumbunya yaa.."
"Waduh repot mbak, beli di tempat lain saja"
JEDAARRR!!!
Sumpah deh, baru kali ini aku disuruh pergi sama pedagang makanan dengan alasan pesananku (((repot)))
Saat itu, aku nggak bisa menyembunyikan ekspresi kaget. Apalagi setelah mengatakan itu, si Ibu langsung duduk lagi seolah enggan melayaniku. OH MY. Kemudian, pria yang bagian mengipasi sate bertanya, "kenapa?"
" Ini lho mbaknya pesanannya repot. Rewel."
Okelah. Aku pun dengan muka kecut beralih dari tempat makan itu dan mencari penjual sate yang lain.
Sepanjang perjalanan mengendarai motor aku masih ngomong sama diri sendiri, "apa aku beneran rewel?" hmmm, aku bahkan tidak memesan sate seperti yang biasanya temanku lakukan, "pesan sate dibakar yang mateng banget, bungkus, sambel dipisah, bumbu dipisah, kecapnya dikit aja" 
Aku nggak kebayang, apa jadinya kalau temanku itu pesan sate disitu -___-

Pernah dengar pepatah bilang Maybe God wants us to meet a few wrong people before meeting the right one ? Nah, sepertinya itu pula yang terjadi dalam kisah per-sate-anku di Jogja. #tsaah

Akibat mengalami penolakan penjual sate, aku pun terdampar di sebuah lapak penjual sate yang lain. Tempatnya memang kecil, tidak sebesar penjual sate pertama. Penjual ini pun orang madura. Bagaimana aku tahu? Ya gimana ya. Lima tahunan aku satu kos dan berteman baik dengan orang asli madura. Bahkan sempat diajari beberapa kosa kata madura :D
Penjual sate madura ini terdiri dari 2 pria paruh baya dan 1 ibu lumayan sepuh dengan 1 ibu lainnya pun paruh baya. Aku memesan sate dengan permintaan yang sama dengan sebelumnya. 
"Sambelnya nggak dipisah sekalian, mbak?"
"Ndak usah, bu. Jadi satu saja" jawabku.
Kalian tau? agak lebay ku katakan hatiku adem banget mendengar si Ibu bertanya seperti itu. 

Semenjak kejadian itu, aku sepertinya belum pernah membeli sate ke tempat pertama lagi. Aku menjadi sering mampir ke penjual kedua. Wajahku pun sepertinya sudah familiar untuk mereka. Saat baru memarkir motor saja aku sudah dihadiahi senyuman. Adeemmm meen.
Bapak-bapaknya suka jail sih. Biasanya nggodain dengan bilang, "lontongnya habis lho, ya"
Lalu aku segera bertanya manja pada ibu-ibu penjualnya, "Beneran habis, bu?"
Dengan isyarat lucu ibu-ibu mengatakan masih ada. Hehehee... 
Seperti tadi sore. Antrian pembeli cukup banyak. Aku segera duduk mendekat ke bapak-bapak dan ibu-ibu penjual. Kali ini, si bapak nggak bohong. Lontong memang habis dipesan. Sambil sibuk membungkus pesanan, si Ibu bilang kalau aku mau, akan diberikan sedikit lontong. So sweeeetttt.
Belum selesai sampai disitu, aku yang baru datang, dan seharusnya masih mengantri lama, ternyata didahulukan. Bhahahahahaha *ketawa setan*
"tk duluin. Sini, wis buruan pulang" kata si Ibu diikuti senyum bapak-bapak. Uwuwuwuwuwuw :*

Untukku yang terpisah jauh dari rumah, perhatian-perhatian yang sepertinya sepele semacam ini justru membuat hati ademmmm. Sapaan dari tukang parkir mini market deket kos misalnya, pak parkir yang sering menanyakan "kapan muleh bojonegoro, mbak plat S?" atau ibu penjaga laundry yang sering menanyakan aku kemana saja kalau sudah jarang kelihatan lewat. Haah, adeem :')
 
 Jadi, bener kan? Kita nggak akan tahu betapa berharganya bertemu orang yang tepat selama belum pernah bertemu orang salah. Semoga durasi bertahan kita tidak berlama-lama dengan orang yang tidak tepat :')




 

3 komentar:

  1. apakah pernyataan tersebut berlaku juga untuk jodoh???

    BalasHapus
  2. layani pelanggan dg baik.

    Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus
  3. Saya sih percaya, tidak ada yang kebetulan di dunia ini, termasuk pertemuan dengan seseorang.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)

Back to Top