sendu bukan berarti tidak bahagia
senyum juga bukan berarti bahagia
senyum juga bukan berarti bahagia
dan kita hanya bisa menebak
melempar dugaan dari tempat kita memandang
melempar dugaan dari tempat kita memandang
hati dan rasa memang tak dangkal
tak mudah diterka
apalagi hanya dari permukaan
tak mudah diterka
apalagi hanya dari permukaan
(Menafsir Permukaan, Astri Kusuma)
Aku lupa dimana tepatnya, seingatku aku pernah membaca ada seorang penyair yang meski senang menciptakan syair dan sajak untuk orang lain, namun ternyata enggan menciptakan syair yang pada akhirnya ia berikan untuk kekasihnya. Kenapa? sederhana saja, ia tidak mau menyampaikan perasaannya dengan 'kata-kata tidak biasa'. Menafsirkan kata-kata itu berbahaya. Hmmmm, iya ya.
Kata-kata ternyata benar bisa mendekatkan yang jauh, kemudian semakin menjauhkan yang sudah jauh.
Jangan terlalu berbelit-belit, katakan yang ingin disampaikan. Meski pada akhirnya ada neuron tertentu yang tetap akan memilih jalan menafsirkan lain kata-kata itu karena ketidaksiapan mendengarkan yang sebenernya. #halah #ngelindur
Menafsirkan permukaan, bisa jadi hanya melihat sebuah kedangkalan. Kemudian? entahlah.
Apapun juga yang mereka katakan atau pikirkan, aku tetap ada di dalam Kau, karena aku adalah Kau. Tak seorang pun dapat memahami hal ini, sampai ia mampu melampaui pikirannya.
Ketika sedih, aku bersinar bagaikan bintang pagi. Ketika patah hati,
hakekatku justru tersingkap sendiri. Ketika aku diam dan tenang seperti
bumi, tangisku bagaikan guntur yang menggigilkan surga di langit
tertinggi
(Jalaluddin Rumi)
Apapun juga yang mereka katakan atau pikirkan, aku tetap ada di dalam Kau, karena aku adalah Kau. Tak seorang pun dapat memahami hal ini, sampai ia mampu melampaui pikirannya.
(Jalaluddin Rumi)
Jika kau dapat bertemu dengan Jatidirimu meski hanya sekali, maka
rahasia dari segala rahasia akan terbuka bagimu. Wajah dari Yang Maha
Tersembunyi, yang ada di luar alam semesta ini, akan nampak pada cermin
persepsimu.
(Jalaluddin Rumi)
Awan-awan berada dalam keheningan meski penuh dengan berjuta kilat.
Cinta akan memberi kelahiran baru bagi para filsuf berkepala batu.
Jiwaku adalah ombak di dalam samudera kemuliaan-Mu. Dan di dalam
keheningan: alam semesta beserta segala isinya tenggelam di dasar
samudera kemuliaan-Mu.
(Jalaluddin Rumi)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)