Beberapa jam sebelum menulis surat ini, aku masih nyaman
dalam posisi telentang. Membelai bed cover yang menutupi badanku hingga leher.
Hangat. Aku memang perempuan yang lebih mudah kedinginan. Tentunya, akibat
fakta ini aku lebih nyaman dengan lingkungan hangat, juga bersama orang-orang
yang menghangatkan.
Meski kedinginan, aku memilih tidak mematikan kipas angin
yang mematung menghadap di satu arah, tepat kearahku. Pikirku, jika kipas ini
kumatikan, aku hanya akan mendengarkan malam yang hening. Kalian tentu tahu,
otak manusia yang penakut akan semakin hebat berdelusi dengan objek-objek yang
sebenarnya (mungkin) tak sesungguhnya ada.
Aku menyukai memantarai diriku sendiri untuk diam di dalam
kamar ini. Dengan tambahan buku di tangan, atau hape yang kupandangi sambil
meringis beberapa kali. Kamarku yang penuh dengan warna ungu.
Aku sempat khawatir terhadap respon suamiku (entah siapa)
nantinya. Apakah dia pun aku senang dan nyaman saat memasuki kamarku ini. Kamar
berdinding warna ungu juga dengan hiasan bunga-bunga warna ungu, berkorden
warna ungu, bersprei (seringkali) dominan warna ungu, juga ada yang lebih
mengkhawatirkan pada kamar ini. Emmm… Kamar ini dipenuhi banyak karakter
Doraemon.
Terdapat kursi bulat empuk Doraemon yang dihadiahkan Ibuku.
Kursi ini sangat diidolakan sepupu dan keponakan-keponakan kecilku saat
menyusup di kamar ini. Lalu, ada 2 bantal dengan model karakter Doraemon yang
berbeda, juga hadiah ibuku. Dan, jika kaca yang membagi lemari ini sama besar
dibuka, akan kalian temukan lebih banyak karakter Doraemon yang berbeda, juga
dari orang-orang berbeda.
Saat tidur, aku suka menaruh bantal atau guling di sisi
kanan dan kiriku. Mau bilang apa, aku kurang suka saat ada sisi kosong
disekitarku. Aku suka saat menoleh ke kanan ataupun ke kiri, ada sesuatu yang
bisa kupeluk, aku tidak suka merasa kesepian saat terbangun tengah malam.
Karena, saat aku terbangun dari tidur kemudian kesepian, aku seperti merasakan
patah hati.
Kamar ini tidak terlalu besar. Sehingga tempat tidurku hanya
akan bisa di
posisikan seperti ini, tidak bisa dipindah lagi. Tapi kamar ini
belum pernah membuatku patah hati, setidaknya. Saat membuka pintu kamar ini,
aku bisa menemukan wajah-wajah hangat, keluargaku. Aku masih belum ingin pergi
hari ini.
Untuk mahasiswa-mahasiswaku, Ijinkan Bu Rosi menunda patah
hati meski hanya sehari lagi. Karena saat Ibu sudah kembali ke Yogyakarta, ibu
lagi-lagi akan merasakan patah hati. Ketika terbangun masih merasa sendirian,
meski sudah ada bantal di sisi kanan dan kiri. Entah kenapa masih terasa kosong
dan sepi.
Sampai bertemu minggu depan :)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)