dan Adam turun di hutan-hutan
mengabur dalam dongengan
dan kita tiba-tiba di sini
tengadah ke langit: kosong-sepi...
(Jarak; Sapardi Djoko Damono, 1968)
Jika kukatakan hanya setiap yang bernyawa punya rahasia, lalu bagaimana dengan rahasia daun basah dan ketukan yang berulang seperti disampaikan SDD?
Aku berpikir ulang, sebatang cokelat pun pasti punya rahasia. Ia tidak bisa bersuara, maka semua yang terjadi padanya adalah rahasia.
Sebatang cokelat yang pada awalnya dibawa secara hati-hati, tidak dibiarkan jatuh apalagi berai terurai. Pada awalnya itulah takdir yang disematkan pada mereka. Lalu, apa selanjutnya? Pertanyaan ini akan mendapatkan jawaban beragam, dengan inti yang sama : perusakan.
Nasib sebatang cokelat. Dimanjakan diawal, disakiti secara fisik, diambil isinya, lalu dibuang ke tempat sampah.
Sebatang cokelat dengan rahasia, mungkin ia dibekali misi mengisi hari yang kosong dan sepi. Seperti aku, pagi ini. Aku bahkan belum menengadah ke langit untuk memastikan benarkah keberadaan kosong dan sepi itu. Aku hanya menengadah ke atap kamar, membuka telinga lebar-lebar. Dan, benar saja. Kosong dan sepi. Hingga aku meraih sebatang cokelat diatas meja.
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada, hutanmu adalah misteri segala, cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta -GIE-
Untuk Sebatang cokelat yang kumakan lahap di minggu pagi ini, juga untuk setiap nyawa yang memilih hening di dalam rahasia.
keren.....
BalasHapusTerimakasih :)
BalasHapusSukaa sama surat ini, analogi cokelatnya, kutipan2nya :)
BalasHapusterimakasih Hanna :)
Hapus