“Aku, yang merasakan apa yang kau rasakan. Yang
mendamba untuk mengalami. Aku, yang telah menuliskan surat-surat cinta
kepadamu. Surat-surat yang tak pernah sampai.
(Filosofi Kopi, Dee)”
Bolehkah aku jadikan dingin yang sama kita
rasakan sebagai alasan untuk bertahan?
Sudah ribuan tahun kita menunggu untuk
bertemu. Karena arti dari saat kita bertemu adalah kemusnahan semesta. Maka, aku
dan kamu yang berjauhan tak lain adalah demi semesta seimbang. Bukankah begitu?
Aku sempat tak tahan, aku ingin mencair dan
bersatu denganmu di selatan. Atau, kita putuskan sama-sama mencair dan bersatu
di satu titik?
Tapi, apa jadinya nanti? Kasihan mereka yang sepertinya lebih menderita
dibanding kita. Mereka yang mampu berjalan menggapai yang disayang tanpa
khawatir merusak keseimbangan, tapi justru hanya diam mematung bersama
kesepian. Biarkanlah… aku akan lebih bersabar memberi mereka kesempatan.
Cintaku
masih bisa menunggu.
Meski beberapa kali aku merasa ada yang janggal. Kamu tentu
paling tahu, aku lebih sensitif. Aku mudah retak, apalagi jika dibandingkan
denganmu yang kokoh dengan sebutan es abadi. Ingat kan? Aku adalah lautan beku.
Bagian dari diriku sudah ada beberapa yang retak dan tidak kembali utuh. Kamulah
penyebabnya. Asumsiku bahwa aku akan kehilanganmu membuatku memilih retak dan cair
bersama aliran air, menujumu… memastikan bahwa kita masih baik-baik saja meski
belum bisa bertemu.
Di jaman seperti sekarang, mereka menyebut
kita pasangan LDR. Aku yang selama ini baik-baik saja melihatmu ditemani
kawanan pinguin, juga dikelilingi lautan-lautan lain yang bukan aku, kini mulai resah.
Kamu tidak lagi seperti dulu; rajin mengabariku, membagi cerita denganku,
juga.. tertawa bersamaku.
Hembusan angin dari selatan tak lagi sama. Ia hanyalah
angin, kosong tanpa pesan apapun yang kamu titipkan.
Aku kembali resah, haruskah aku kembali retak
dan benar-benar melakukan perjalanan bersama lautan kearahmu?
Wahai kutub selatan, aku rindu kita yang
dahulu. Saat berjauhan tetap mampu memberi candu, bukan ragu-ragu .
Ini surat kesekian, balaslah. Aku tunggu
suratmu, di utara.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)