Surat ini kutulis ditengah obrolan kita sore ini. Mengenai "woman who think too much". Yes, we are.
Sebenarnya, tiap hari jum'at seharusnya aku menulis surat kaleng untuk seseorang. Begitulah aturan di #30HariMenulisSuratCinta. Tapi, aku tidak tertarik. Lagipula, aku mau menulis surat kaleng untuk siapa?
Akan berbeda situasi saat dimana aku masih ingat rasa-rasa menjadi 'secret admirer' hehehe..
Sore ini apa tema pembicaraan kita? Oh iya, tentang laki-laki (lagi). Aku buka dengan pertanyaan klasik,
"Pilih mana, suayang ke orang atau disuayaang sama orang?"
" hiks...mau dua duanya", jawabmu segera.
Kemudian, kita membicarakan laki-laki yang menunjukkan rasa sayang dengan yang tidak. Obrolan kemudian begulir dengan membandingkan pada Pak Habibie, yang...... tidak ragu menunjukkan rasa sayang.
Jawabanmu membuat aku meringis, apalah artinya yang romantis dan menunjukkan rasa sayang tapi pada akhirnya pergi meninggalkan. Ya, benar juga. Lalu, bagaimana dengan yang tidak menunjukkan rasa sayang dan kemudian hilang tanpa kabar? Ah, ya berarti itu tidak sayang. Begitu bukan ya, uto?
.............................................
Asumsi? Mungkin. Tapi, dari yang dosenku pernah katakan, asumsi adalah bagian dari pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan data satu dengan yang lain. Asumsi adalah bagian dari berpikir. Lagi, woman who think too much?
Hemmeeh.. Kebanyakan mikir, banyak pertanyaan.
"bagus gak sih kita sebagai cewek terlalu terlanjur sayang gitu? I think its not good, but cant handle it!"
"Menurutku sih jangan, tapi mana bisa yaaa. Bisa banget awalnya ga sayang2 banget, akhirnya terlalu sayang akhirnya"
Benar. Semacam perasaan ada remnya. Tahu kapan harus berhenti, atau mengurangi laju. Meski beberapa kali terlambat dan membuat benturan. Oh iya, bahkan rem pun bisa begitu. Sama saja.
*monolog yang tiada akhir*
Katamu, "ndang ketemu jodoh...menikah.. ben lek onok opo opo kari di peluk terus masalahe selesai"
Aku mengangguk mengamini.
Benar. Tiba-tiba aku menyelam liar dalam lamunan. Betapa indah, tiap ada masalah ada yang bisa meluk dan puk-puk-puk-in pundak kita. Kalau masalah diantara keduanya? Ya tetep dipeluk, di sun pipi kanan-kiri, biar gak marahan lagi. Masih marah? tinggal digigit kupingnya sambil lemparin bantal, trus balik pelukan lagi.
*mulai random*
Anggap aku yang sedang berantakan ini membuat percakapan kita sore ini menjadi bagian sejarah. Nantinya, siapa tahu, anak-anak kita membaca blog ini dan bilang, "Begini rupanya saat Bunda dan temannya sedang sama-sama redup."
Dariku, yang belum keluar kosan, juga masih belum mandi seharian. Bahkan cuci muka sekalipun.
*sambil garuk-garuk badan*
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)