Apa yang kalian imajinasikan saat aku tanyakan perihal
fitrah?
Ialah kesucian, sifat asal, ataupun bagaimana sesuatu
berjalan semestinya.
Apalah arti frase yang deras menghujani hari demi hari, jam
demi jam, menit demi menit, pun detik demi detik. Memunculkan alinea yang
berhubungan mesra kemudian disebut ‘Surat Cinta’. Tidak ada artinya ketika yang
dituju tak kunjung membaca. Suratku mungkin tak pernah sampai. Suratku mungkin juga
tak memiliki kata ‘kepada’. Suratku pun
mungkin kosong tanpa tulisan, hanya berisi satu tanda baca. Titik.
Aku sendiri masih mencari definisi. Bagaimana semestinya
fitrah surat cinta yang ku sisipi ambisi. Ambisi yang masih harus diisi amunisi
serupa do’a seorang perempuan untuk seorang laki-laki.
Jangan kira, rasa yang menjentik ini muncul serta merta. Berpikirlah
persoalan lain, apa jadinya jika ikatan dipenuhi prasangka dan praduga? Ikatan
yang susah digali definisi yang serupanya seperti apa.
Jika seorang laki-laki sudah memilih diam, seorang perempuan
pun bisa memilih menciptakan keheningan. Dunia hening yang ia ciptakan mesra bersama
do’a dan kata-kata.
I don't want to run away, but I can't take it, I don't understand (Daniel Bedingfield)
Dari Perempuan, untuk Laki-laki.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar....
Mari saling menginspirasi =)